Persaingan Sengit dalam Bisnis dan Jejaring Sosial Antara Meta (Threads) dan Twitter
" Persaingan Sengit dalam Bisnis dan Jejaring Sosial Antara Meta (Threads) dan Twitter"
Pengguna media sosial saat ini sedang menyaksikan pertarungan yang sengit antara Meta Platform, induk dari Facebook dan Instagram, dengan Twitter Inc, platform media sosial berbasis teks yang telah lama tumbuh dengan nama besarnya.
Pertarungan ini semakin memanas ketika Meta baru saja meluncurkan aplikasi Threads yang dianggap memiliki kemiripan dengan Twitter. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi Twitter yang dimiliki oleh Elon Musk.
Tak butuh waktu lama setelah peluncurannya, Threads berhasil menarik perhatian lebih dari 30 juta pengguna dalam waktu kurang dari 24 jam. Angka ini terus meningkat seiring dengan perluasan penggunaannya..
Rencana Meta untuk meluncurkan aplikasi yang diklaim dapat "membunuh" Twitter memang telah tersebar sejak beberapa bulan lalu. Sepertinya, rencana ini tidak diantisipasi oleh Twitter.
Bahkan, momen peluncuran Threads oleh kelompok Mark Zuckerberg dianggap tepat. Terlebih, baru-baru ini Twitter membuat kebijakan untuk membatasi jumlah tweet yang dapat dibaca setiap harinya, yang kemudian menuai banyak kritik.
Sebagai hasilnya, gelombang pengguna yang mencoba aplikasi baru Meta menjadi tidak terbendung. Ini jelas merupakan ancaman bagi aplikasi berlogo burung biru tersebut.
Namun, alih-alih mengeluarkan inovasi baru untuk menahan pengguna yang beralih, Twitter justru mengancam akan mengajukan tuntutan hukum terhadap Meta. Surat peringatan tersebut dikirim langsung oleh pengacara Twitter, Alex Spiro, kepada Zuckerberg.
Dalam surat tersebut, Spiro menuduh Meta mempekerjakan mantan karyawan Twitter yang memiliki akses ke rahasia dagang dan informasi rahasia lainnya.
Meta membantah tudingan-tudingan tersebut melalui juru bicaranya, Andy Stone, yang menyatakan dalam sebuah posting di Threads bahwa tidak ada mantan karyawan Twitter di tim teknis Threads.
Seorang mantan karyawan senior Twitter juga mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak mengetahui adanya mantan staf yang bergabung dengan Threads atau personel senior yang pindah ke Meta.
Elon Musk, pemilik Twitter, merespons berita tersebut dengan mengatakan, "Persaingan itu wajar, tapi curang tidak."
Pakar hukum kekayaan intelektual, seperti profesor hukum Stanford, Mark Lemley, menyatakan bahwa Twitter akan membutuhkan bukti yang lebih kuat untuk menunjukkan adanya pencurian rahasia dagang oleh Meta daripada yang tercantum dalam surat peringatan tersebut.
Dengan adanya kasus ini, persaingan antara Musk dan Zuckerberg untuk merebut pangsa pasar pengguna media sosial nampaknya akan semakin sengit.
Tidak hanya dalam ranah bisnis, pertarungan antara kedua bos teknologi ini tampaknya juga akan berlanjut di ring tinju. Kabarnya, mereka berdua akan bertanding dalam sebuah pertandingan yang dinantikan oleh banyak orang.
Kesimpulan: Pertarungan sengit antara Meta dan Twitter dalam bisnis media sosial menjadi sorotan publik. Peluncuran aplikasi Threads oleh Meta telah mencuri perhatian banyak pengguna dan menimbulkan ancaman bagi Twitter.
Namun, selain persaingan dalam ranah bisnis, perseteruan antara Elon Musk dan Mark Zuckerberg juga memanas dengan ancaman tuntutan hukum yang dilayangkan oleh Twitter terhadap Meta. Tantangan ini memperlihatkan betapa ketatnya persaingan di dunia media sosial.
Mereka terus berusaha untuk menarik perhatian pengguna dengan inovasi baru dan strategi bisnis yang kompetitif. Siapakah yang akan keluar sebagai pemenang dalam adu kuat ini? Kita tunggu saja perkembangannya!